"Kita patut meneladani perjalanan dan kiprah Rasulullah dalam menegakan kebenaran, sabar, panutan dan tidak saling menyakiti," kata Akhmad Munir.
BANDA ACEH, inforakyat.co– Ketua Umum (Ketum) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, Akhmad Munir mengapresiasi kinerja wartawan yang bernaung di bawah bendera PWI Aceh, terus eksistensi, profesional dan menjunjung tinggi nilai-nilai kode etik jurnalistik dalam menyuarakan kebenaran dan menyajikan berbagai informasi publik.
Hal tersebut disampaikan Ketum PWI Pusat hasil Kongres Persatuan dalam arahannya pada acara maulid nabi di rumah besar PWI Aceh di Simpang lima, Kuta Alam, Banda Aceh, Sabtu, 01 November 2025.
"Kita patut meneladani perjalanan dan kiprah Rasulullah dalam menegakkan kebenaran, sabar, panutan dan tidak saling menyakiti. demikian juga profesi wartawan harus merujuk kepada keakuratan dan profesionalisme," kata Akhmad Munir.
Baca Juga:
                    Membanggakan, Ade Naylan Sadida Kafilah Aceh Selatan Lolos Final Fahmil Al Quran MTQ XXXVII Aceh
Perlu diingat dan dicatat, pekerja Pers itu harus menjunjung tinggi etika jurnalistik dalam menyuarakan kebenaran, tanpa menyakiti hati dan perasaan siapapun.
"Tabayyun adalah rohnya karya jurnalistik dalam menyebarluaskan informasi, cek and ricek dan cover both side (akurat dan berimbang), bukan mesin penghancur dan senjata untuk menyakiti. Memahami kaedah-kaedah, baru lahir profesionalitas dan sinergisitas," tegasnya.
Akhmad Munir juga mengapresiasi tugas-tugas jurnalistik PWI Aceh, dalam membangun informasi publik serta kolaborasi dan sinergitas dengan pemerintah daerah.
"Pertahankan terus kredibel dan kompetensi yang dimiliki, tanpa membangun opini dan hoax," imbuh Akhmad Munir.
Diketahui, kehadiran putra Sumenep, Madura ke Banda Aceh turut didampingi tiga putra Aceh, yakni Sekretaris Jenderal PWI Pusat, Zulmansyah Sekedang (Aceh Tenggara), Dewan Pakar, Muhammad Amru (Gayo Lues) dan Wakil Ketua Bidang Organisasi, Amy Atmanto (wanita asal Pidie Jaya).
Sementara itu, mewakili Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf hadir Kepala Dinas Kominfo, Dr. Edy Yandra, S.STP, M.SI, ia menyebutkan, jadi wartawan pada era digitalisasi memang agak berat karena dihadapkan dengan tantangan, namun PWI Aceh sudah pembina banyak wartawan yang profesional, berkompeten dan bersinergi dengan pemerintah Aceh.
"Pemerintah Aceh terus mendukung profesi jurnalistik, terutama yang bergabung di PWI. Banyak informasi yang dikabarkan wartawan dalam mendukung program pemerintah, ini patut diapresiasi. Tanpa wartawan, masyarakat akan ketinggalan informasi," ungkapnya di hadapan ratusan undangan.
Baca Juga:
                    Terlilit Hutang, Ibu dan Anak di Gayo Lues Pilih Jalan Pintas Jual Ganja 16,5 kg Mendekam di Bui
Sesungguhnya, tutur Edy Yandra, pekerjaan wartawan itu adalah profesi mulia, tetapi harus sejalan dengan norma-norma jurnalistik. Jangan jadi wartawan menebar pemberitaan bohong (hoax), jangan nodai profesi dengan setitik noda, sehingga makna profesional menjadi cidera.
"Terima Kasih kepada Ketum PWI Pusat dan rombongan, PWI Aceh dan para Ketua/Sekretaris PWI kabupaten/kota, teruslah penyuara aspirasi masyarakat dan membangun kemitraan. Kritikan konstruktif menjadi corong evaluasi, namun kritikan harus disertai solusi," tandas Edy Yandra.
Persoalan senada juga disampaikan penceramah maulid, ustadz Tgk. Salman Saf dari Meulaboh, Aceh Barat, ia berpesan hati-hati wartawan PWI, surga dan neraka ada pada kalam pena yang dituliskan.
"Hati-hati teman-teman wartawan PWI, surga dan neraka itu ada dalam tetesan kalam pena wartawan. Tulislah berita yang menyejukan dan menjadikan pengetahuan yang mendidik untuk umat," paparnya saat memulai Tausiah Maulid. ||
                
    
				
				
				
				
				
				

