“Hantaman banjir tidak hanya memporak-poranda fasilitas, tetapi membuyarkan semangat dan senyuman anak-anak di balik bingkai pengungsian, pramuka Bener Meriah bersama Aceh Selatan hadir agar generasi kembali tersenyum, kuat dan bersemangat”
REDELONG | inforakyat.co–Bencana banjir bandang dan longsor yang menghantam Desa Pantan Kemuning, Kecamatan Timang Gajah, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh pada 26 November 2025 lalu, menyulam nestapa dan menyisakan luka yang belum sembuh.
Gulungan banjir disertai lumpur dan material, mengakibatkan dua dusun di desa Pantan Kemuning luluh lantak dan rata dengan tanah. Rumah hilang, kenangan terkubur, hawa dingin memunculkan trauma dan mengisahkan tragedi yang masih membekas, terutama pada anak-anak usia rentan.
Di tengah reruntuhan, puing kehancuran dan skema kesedihan yang belum hilang. Genap hari 32 pasca bencana, Pramuka Kwartir Cabang (Kwarcab) Bener Meriah bersama Pramuka Peduli Kwarcab Aceh Selatan hadir menyalurkan bantuan kemanusiaan sekaligus menggelar kegiatan trauma healing bagi anak-anak terdampak bencana, Minggu 28 Desember 2025.
Juru Bicara Pramuka Peduli Kwarcab Bener Meriah, Tadarus, menegaskan bahwa kehadiran Pramuka bukan sekadar membawa bantuan, tetapi juga harapan dan pemulihan batin, selama sebulan tersiksa berbagai perasaan.
"Kegiatan hari ini merupakan bentuk kepedulian Pramuka. Selain penyaluran bantuan, kami fokus pada trauma healing anak-anak agar mereka bisa pulih dari rasa takut, kehilangan semangat dan kesedihan yang memuncak, kami ingin mereka kembali merasakan kebahagiaan, bangkit untuk maju," ujar Tadarus kepada inforakyat.co, Minggu 28 Desember 2025.
Menurut Tadarus, anak-anak Pantan Kemuning mengalami peristiwa luar biasa, berdampak besar pada kondisi psikologis. Dari raut wajah dan sinar, dapat dimaknai dan dirasakan betapa luluhnya hati dan perasaan.
Karena itu, pendekatan kemanusiaan menjadi bagian penting dalam respons bencana, bantuan kebutuhan penting disalurkan, gerakan psikologis melalui trauma healing menjadi persoalan yang tidak kalah pentingnya.
"Kami ingin anak-anak kembali tersenyum, berani, dan merasa aman. Pemulihan mental sama pentingnya dengan bantuan fisik. Nuansa ini harus diupayakan beriringan, kami senang melihat mereka kembali tersenyum untuk membuang kebimbangan," imbuhnya.
Baca Juga:
Kebut Pemulihan, Panglima TNI Kerahkan 37 Ribu Personel untuk Rekonstruksi dan Rehabilitasi Sumatera
Kehadiran relawan Pramuka pun disambut haru oleh warga, kaum ibu-ibu ikut terbawa senyum dan tawa, saat pujaan hati hadir dengan ceria dan kembali mengukir senyuman kebahagiaan.
"Semoga bencana ini segera berlalu dan masyarakat Pantan Kemuning bisa bangkit serta menjalani aktivitas seperti biasa," tandas Tadarus.
Salah seorang warga Pantan Kemuning, Rahman (45), mengaku masih sulit melupakan detik-detik bencana yang merenggut tempat tinggalnya. Bencana itu seolah-olah tergambar tanpa akhir.
"Rumah kami habis, dua dusun hilang, anak-anak kami sampai sekarang masih dirasuki takut kalau hujan turun. Kehadiran Pramuka ini sangat berarti, bukan cuma membantu memberi barang, tapi juga menguatkan hati kami, menghilangkan bayangan kelam dan menakutkan pada jiwa anak-anak kami," ucap Rahman dengan suara bergetar.
Hal senada juga disampaikan Siti Aminah (38), seorang ibu yang anaknya mengikuti kegiatan trauma healing. "Sejak banjir itu, anak saya sering menangis dan takut tidur sendiri. Hari ini saya lihat dia bisa tertawa lagi. Itu yang paling kami butuhkan. Harta benda boleh saja hilang, tetapi anak-anak sebagai generasi penerus masih punya masa depan," papanya.
Desa Pantan Kemuning mungkin pernah hampir hilang dan tenggelam dari peta statistik bencana. Namun hari ini, di tengah reruntuhan, kepedulian dan kemanusiaan kembali menyalakan harapan bahwa desa ini tidak sendirian menghadapi luka, pramuka hadir dengan cara sendiri tetapi sangat bermanfaat, pungkas Siti Aminah terkagum-kagum. ||




